Sunday 24 February 2013

Resensi Buku "Asal-usul Reog Ponorogo"


Cerita Asal-usul Reog Ponorogo yang berkembang dimasyarakat luas terpecah menjadi beberapa versi. Ada yang bercerita tentang sindiran  Penguasa Kerajaan Wengker, Ki Demang Suryangalam kepada Raja Majapahit dan bercerita tentang Prabu Kelana Suwandana dari Kerajaan Bantarangin ingin mempersunting Dewi Songgolangit dari Kerajaan Kediri. Dua cerita tersebut mempunyai kekuatan isi cerita yang sama besar. Entah cerita yang mana yang benar. Belum ada peneliti yang berhasil menemukannya. Selain dua cerita tersebut ada yang menyebutkan terdapat 5 versi cerita asal-usul Reog Ponorogo.

Pada kesempatan posting kali ini saya akan meresensi salah satu buku yang menceritakan asal-usul Reog Ponorogo. Berikut resensi saya,


Data Buku
  • Judul : ASAL-USUL REOG PONOROGO
  • Pengarang : M.B Rahimsyah AR.
  • Penerbit : Penerbit Karya Anda, Angota IKAPI
  • Tahun Terbit dan Cetakan : 1990, Cetakan I
  • Tebal : iv + 32 halaman
  • Harga Buku : -

Inti Resensi
  • Sinopsis :
    Pada zaman dahulu berdiri Kerajaan Bantarangin yang berkuasa di barat Gunung Wilis. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Prabu Kelana Suwandana yang arif bijaksana. Pada suatu ketika, Kerajaan Kediri mengadakan sayembara untuk mencarikan putri mahkota Dewi Songgolangit seorang suami. Berita tersebut cepat tersebar seantero tanah jawa karena Dewi Songgolangit memang cantik lahir dan batinnya. Namun karena persyaratan sayembara yang sulit hanya tertinggal dua Raja yang bertahan yaitu Prabu Singobarong dari Kerajaan Lodaya dan Prabu Kelana Suwandana sendiri. Persyaratan itu berupa, calon suami Dewi Songgolangit ialah seorang yang sanggup menciptakan tontonan menarik, berupa tari-tarian yang diiringi gamelan dan bunyi-bunyian yang memikat hati. Diiringi 144 ekor kuda kembar dan mempersembahkan seekor binatang berkepala dua yang dapat menari pula. Melalui pertempuran di perbatasan Kerajaan Lodaya dan Bantarangin, Prabu Kelana Suwandana berhasil mengalahkan Prabu Singobarong yang curang. Dan sebagai akibat kecurangan tersebut Prabu Singobarong yang berkepala Harimau dan di pundaknya bertengger burung Merak berubah menjadi hewan berkepala dua. Lengkaplah syarat-syarat sayembara yang sebelumnya Prabu Kelana Suwandana sudah mendapatkan 144 kuda kembar dan iringan musik. Keinginan Dewi Songgolangit terkabul, Dia dipersunting oleh Prabu Kelana Suwandana yang berhasil mendatangkan binatang berkepala dua, 144 kuda kembar, gamelan, dan bunyi-bunyian yang memikat hati.

  • Karekter Pelaku Utama :
    • Prabu Kelana Suwandana : Sakti mandraguna, menjujung tinggi prinsip hidup menjadi seorang raja dan berjiwa besar.
    • Prabu Singobarong : Curang dan teledor
    • Dewi Songgolangit : Lemah lembut, baik hati, tidak merasa sombong dan berbudi pekerti luhur.

  • Setting Cerita :
    • Tempat : Cerita bertempat di wilayah Kerajaan Bantarangin, Lodaya dan Kediri.
    • Waktu : Zaman kerajaan berkembang di Pulau Jawa.
    • Sudut pandang penulis : Pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga.
  • Keunggulan :
    Buku ini menceritakan sebuah cerita populer di masyarakat Ponorogo tentang tarian reyog yang merupakan keunikan dari Kota Ponorogo itu sendiri. Alur cerita maju dan mencapai klimaks di akhir merangsang pembaca untuk membaca sampai mengetahui akhir cerita. Selain itu pengarang juga menyertakan ilustrasi cerita berupa gambar yang menarik.

  • Kelemahan :
    Cerita tentang asal-usul Reyog Ponorogo yang berkembang di masyarakat ada berbagai versi.  Sumber dari dari cerita di buku ini belum kuat, belum terbukti kebenarannya. Memerlukan penilatian lebih lanjut.

  • Tujuan Bahasa :
    Pengarang menggunakan bahasa Indonesia dan menyusun kalimat sederhana, padat dan jelas yang mudah dipahami oleh pembaca. Penulisan Reog masih mengikuti peraturan yang lama, yaitu tidak menggunakan huruf "Y".

  • Kesalahan Cetak :
    Kesalahan cetak buku ini terdapat pada, pertama pencetakan halaman, yaitu pada halaman bab 1 berawal dengan halaman 5 bukan halaman 1. Kedua, terjadi salah ketik pada beberapa kata, misalnya penulisan " ...kerjaan..."(Halaman 10, Paragraf II) yang seharusnya diketik "...kerajaan...".
Penutup
  • Penting tidaknya buku dan alasan,
    Buku ini penting untuk kalangan pelajar, pengamat kebudayaan dan masyarakat luas, khususnya rakyat Ponorogo. Bagi pelajar, dapat digunakan dalam pembuatan resensi dan menambah pengetahuan sejarah. Bagi pengamat kebudayaan, dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan sejarah atau bahkan untuk diteliti lebih lanjut. Bagi masyarakat luas dan khususnya rakyat Ponorogo, buku ini dapat menambah pengetahuan tentang kebudayaan daerah.

  • Identitas Penulis :
    • Nama : Rochmat Seti W.
    • Usia : 20 tahun
    • Alamat : Mangkujayan, Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia
    • Agama : Islam
    • Blog    :  http://phisitponorogo.blogspot.com/
  • Referensi  : http://phisitponorogo.blogspot.com/2011/04/resensi-buku-asal-usul-reog-ponorogo.html
Share dan kasih tahu tementemen kamu
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 comments:

Post a Comment

Di persilahkan untuk berkomentar, tanya, mengkritik, namun tanpa menimbulkaan sara, dan berkonten negatif